HAKIKAT DAN KONTEN IPS
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
IPS
Pada bab ini akan diuraikan secara ringkas tentang Pokok
Bahasan Hakikat IPS yang
meliputi; Rasional, Sejarah,
Definisi, dan Tujuan mempelajari IPS serta Sub PB Konsep-konsep Dasar IPS,
Ilmu-ilmu Sosial dan Bidang Studi lain, dalam hubungannya dengan IPS. Namun
sebelumnya akan di perjelas istilah kata hakikat
IPS. Hakikat IPS dapat diartikan sebagai kebenaran, kenyataan yang sebenarnya
(Poerwadarminta, 1985). Jadi IPS adalah suatu kebenaran IPS, atau kenyataan
IPS, dan apa sebenarnya IPS itu.
1.
Sejarah,
Definisi, Rasionalisasi dan Tujuan
a.
Sejarah
IPS merupakan terjemahan dari studi sosial (social studies)
yang mulai diterapkan dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di Amerika
Serikat sejak tahun 1915 setelah perang dunia pertama. Para ahli pendidikan di
Amerika Serikat pada waktu itu berkesimpulan bahwa pengajaran Ilmu-ilmu sosial
yang diajarkan secara sendiri-sendiri dalam bentuk disiplin ilmu, seperti:
Sejarah, geografi, ekonomi, dan lain-lain tidak akan mampu membekali para
subyek didik untuk dapat mengenal dan mengerti masalah sosial yang ada
disekitarnya. Dengan demikian diintroduksikannya social studies yang
diharapkan dapat mengatasi kekurangan.
Kelahiran Bidang Studi IPS dalam Kurikulum
sekolah di Indonesia, banyak-banyak di ilhami oleh pengajaran social
studies di Amerika Serikat. Bahkan istilah Ilmu pengetahuan
sosial (IPS), adalah terjemahan dari apa yang dinamakan Social studies dalam
dunia pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat (N. Daljuni 1981).
Pengajaran IPS di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pakar IPS pada
tahun 1969 yaitu oleh Ibu Prof Dr. Soepartina Pakasi pada SD PPSP IKIP
Malang. Pada tahun 1971 IPS dimasukkan dalam buku induk Depdikbud. Pada tahun
1972 sudah ramai diperbincangkan dalam rencana pembaharuan Kurikulum sekolah di
Indonesia. Bidang studi IPS resmi di cantumkan dalam kurikulum pada tahun 1974.
Pada tahun 1975 nama bidang studi IPS sudah tercantum dalam kurikulim SD, SMP,
SMU. Pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 1976. Jadi
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia kelahirannya bersamaan dengan
lahirnya kurikulum tahun 1975.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini, dimana dunia pengajaran sekolah pada umumnya selalu tertinggal,
maka IPS diperlukan sebagai wadah pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan
ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran sekolah. Sebab IPS mampu melakukan
lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan
baru yang sesuai dengan keadaan dan zaman. Maka melihat jenis dan susunan
konsep/topik dalam IPS sungguh sangat banyak bervariasi dari berbagai ilmu
sosial serta dari tuntutan-tuntutan persoalan kehidupan praktis.
b. Definisi
Ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis
yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena
menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa lalu. Berbeda
dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik
secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
c. Rasionalisasi
Rasionalisasi mempelajari IPS adalah
agar siswa dapat:
1) Mensistematisasikan bahan, informasi,
dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya
menjadi lebih bermakna.
2) Lebih peka dan tanggap terhadap
berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3) Mempertinggi rasa toleransi dan
persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial
padakurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan
MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi
Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada
haikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi wahana
dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1. Siapa
diri saya?
2. Pada
masyarakat apa saya berada?
3. Persyaratan-persyaratan apa yang
diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan
bangsa?
4. Apa
artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
5. Bagaimanakah kehidupan manusia
dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam
Pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan
Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan
proses menuju kedewasaan.
d. Tujuan
Berdasarkan
pada falsafah suatu negara, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan IPS, yaitu:
membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama
manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan
dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan
bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1)
mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2)
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan sosial
3)
membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4)
meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan
dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja.
2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1)
pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan
sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
2.
Ips,
Ilmu Sosial dan Bidang studi lain
a. IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah
sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
1)
Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan
khususnya antropologi budaya, yang
mempelajari segi kebudayaan masyarakat.
2)
Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan
dalam masyarakat.
3)
Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas
fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
4)
Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah
dilembagakan.
5)
Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari
bahasa.
6)
Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan
belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.
7)
Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia
(termasuk negara).
8)
Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
9)
Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan
umat manusia.
10) Sosiologi, yang
mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
b. Ilmu
social
Ilmu sosial (Inggris : social
science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini
berbeda denganseni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode
ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda
dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik
secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial,
dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan
objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding
dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan
metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan
lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam
tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan
kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan
manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
3.
IPS
di SD
Organisasi materi
pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu
/ fusi. Hal ini di seduaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia
siswa SD yang masih pada taraf berfikir
abstrak. Materi pendidikan IPS yang disajikan pada tingkat sekolah dasar tidak
menunjukan label dari masing-masing disiplin ilmu social. Materi disajikan
secara tematik dengan mengambil tema-tema social yang dikaji berangkat dari
fenomena-fenomena serta aktivitas social yang terjadi di sekitar siswa.
Tema-tema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari
lingkaran kehidupan siswa. Dengan demikian seorang guru yang akan
melaksanakanproses pembelajaran IPS harus dibekali dengan sejumlah pemahaman
tentang karakteristik pendidikan IPS yang meliputi pengertian dan tujuan
pendidikan IPS, landasan filosofis pengembangan kurikulum pendidikan IPS serta
disiplin-disiplin ilmu social yang dikembangkan dalam pendidikan IPS.
B.
KONTEN
IPS
1.
Keterampilan
Keterampilan dasar IPS dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori. Namun secara umum dapat terbagi atas :
a. Work-study skills, contohnya
adalah membaca, membuat outline, membuat peta dan menginterpretasikan grafik.
b.
Group-process
skills, contohnya adalah
berpikir kritis dan pemecahan masalah.
c. Social-living skills, contohnya
adalah tanggungjawab, bekerjasama dengan orang lain, hidup dan bekerja sama
dalam suatu kelompok.
Keterampilan IPS
merupakan dasar seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang
lain dalam kehidupan bermasyarakat maka NCSS (1971) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa keterampilan yang seyogianya dapat dimiliki, antara lain :
a. Keterampilan Penelitian
Keterampilan
penelitian diperlukan untuk mengumpulkan dan memproses data, seperti berikut
ini :
1) Mengidentifikasi
dan mengklasifikasi data
2) Mengumpulkan
dan mengorganisasi data
3) Menginterprestasi
data
4) Menganalisis
data
5) Mengevaluasi
hasil
6) Menggeneralisasi
hasil
7) Mengaplikasikan
pada konteks yang lain
b. Keterampilan Berpikir
Berpikir
kritis adalah melihat sesuatu dengan jelas, sedangkan berpikir kreatif adalah
melihat sesuatu dengan kreatif. Beberapa hal yang termasuk ke dalam
keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan guru dalam pembelajarna, antar
lain berikut ini :
1) Menetapkan
sebab dan akibat.
2) Mengevaluasi
fakta.
3) Memprediksi.
4) Menyarankan
konsekuensi-konsekuensi dari suatu fenomena.
5) Meramalkan
masa depan.
6) Menyarankan
alternatif pemecahan masalah.
7) Mampu memandang
sesuatu dari perspektif yang berbeda.
c. Keterampilan Berpartisipasi Sosial
Beberapa
ketearmpilan yang termasuk ke dalam keterampilan partisipasi sosial, antara
lain berikut ini :
1) Mengidentifikasi
konsekuensi dari tindakan seseorang dan dampaknya terhadap orang lain.
2) Memperlihatkan
kebaikan dan perhatian terhadap orang lain
3) Berbagi tugas
dan membangun kerja sama dengan orang lain.
4) Memfungsikan
keanggotaan dan sebuah kelompok.
5) Mengadopsi
beberapa variasi dari peran dalam kelompok.
6) Terbuka
terhadap kritik dan saran.
d. Keterampilan Berkomunikasi
Beberapa diantaranya yang
termasuk dalam keterampilan untuk menunjang berkomunikasi adalah :
1) Pemahaman tentang lambang
dan sistem lambang, seperti warna dalam peta dan lambang >, =, + dalam
matematika.
2) Pemahaman
tentang aturan dan ketentuan yang terkaitkan dengan sarana komunikasi.
3) Pengungkapan
gagasan secara jelas dan kreatif melalui berbagai bentuk komunikasi.
2.
Nilai
dan Sikap
Nilai
berbeda dengan sikap. Nilai bersifat umum, mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap jumlah objek dan terhadap orang. Nilai (values) itu tidak
berkenaan dengan sesuatu yang khusus. Inilah yang membedakan nilai dan sikap.
Sikap biasanya berkenaan dengan yang khusus. Suatu nilai merupakan ukuran untuk
menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai juga menilik kelakuan seseorang.
Orang mendapatkan niai dan orang lain dalam lingkungannya.
Nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai
bersifat utuh, merupakan sistem di mana semua jenis nilai terpadu saling
mempengaruhi. Dengan kuat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Nilai juga bersifat abstrak. Oleh
karena itu, yang dapat dikaji hanya indikator-indikatornya saja yang meliputi
cita-cita, tujuan yang dianut seseorang, aspirasi yang dinyatakan, sikap yang
ditampilkan atau tampak, perasaan yang diutarakan, perbuatan yang dilakukan
serta kekuatiran yang dikemukakan (Kosasih Djahiri, 1985: 18).
Dalam
pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranah afektif ini perlu
diajarkan kepada siswa. Agar iswa mampu menerima nilai dengan sadar, mantap,
dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam mengembangkan
kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih
(dengan bebas) dan menentukan nilai yang menjadi anutannya.
Mengajarkan
nilai (value) lebih memerlukan “skill” dibanding dengan mengajarkan
kepercayaan (belief) dan sikap. Kita tidak bisa menentukan bagaimana
nilai itu beroperasi dalam dan anak sementara ia berbuat, atau bersikap
terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa “nilai” itu tercermin dalam
sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, dalam pendidikan nilai, guru
tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengenai hasil kegiatan belajar mengajar
yang dilakukannya. Artinya, masih memerlukan waktu untuk menentukan apakah
kegiatan belajar mengajarnya berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil,
bagaimanakah nilai itu sendiri?
Pertama-tama,
perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai harus ada kesesuaiannya dengan
kehidupan di luar kelas. Kemudian, perlu diingat pula bahwa dalam pengajaran
pendidikan nilai guru harus kreatif. Oleh karena itu, penyampaiannya tidak
selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam rancangan
formal, misalnya dari pengalaman, dalam kehidupan sehari-hari. Nilai ang
disampaikan adalah nilai yang esensial, sangat penting yang sangat berharga
bagi kehidupan masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya pula adalah
pengajaran/pendidikan nilai harus bermula dari potensi anak menuju target
pendidikan anak yang diharapkan. Tugas guru yang utama adalah meningkatkan
tingkat kessdaran nilai pada anak, sadar bahwa ada sistem nialai yang mengatur
kehidupan, sadar bahwa sistem nilai itu penting sekali bagi kehidupan manusia
sehingga timbulkeinginan untuk memilikinya, bahkan merasa wajib untuk membina
dan meningkatkannya, dan pada akhirnya yang bersangkutan berupaya untuk
melakukannya dalam perbuatan sehari-hari.
a. Arti sikap
Sikap
memiliki pengertian yang rumit karena itu terdapat berbagai rumusan tentang
sikap yang dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar belakang pemikiran
dan konsep yang berbeda. Menurut Thursone adalah keseluruhan dari kecenderungan
perasaan, pemahaman, gagasan, dan rasa takut, perasaan terancam, dan
keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. Menurut Rochman Natawijaya (1984: 20)
sikap adalah kesiapan seseorang untuk memperlakukan sesuatu objek, di dalam
kesiapan itu ada aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak. Kesiapan
sendiri merupakan penilaian positif dan negatif dengan intensitas yang
berbeda-beda untuk waktu tertentu, kesiapan itu sendiri bisa berubah-ubah.
b. Kaitan nilai dengan sikap
Nilai
itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki seseorang atau kelompok,
yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau kelompok memilih cara, tujuan, dan
perbuatan yang dikehendakinya sesuai dengan anggapannya bahwa pilihannya adalah
yang terbaik.nilai yang dimiliki seseorang dapat mengekspresikan mana yang
lebih disukai mana yang tidak. Dapat disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap.
Yang selalu terjadi adalah satu sikap disebabkan oleh banyak nilai (values).
Di
dalam sikap telah terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan
bertindak. Dapat disimpulkan terdapat kaitan antara nilai dengan aspek-aspek
kognitif, aspek afektif, dan kecenderungan bertindak.
Dari kajian para ahli dapat
ditegaskan sebagai berikut:
1.
Ada
hubungan timbal-balik antara nilai dengan kognitif.
2.
Ada
hubungan timbal-balik antara afektif dengan kognitif.
3.
Nilai
mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menuju kepada
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan
terhadap “belief” (keyakinanya).
Butir-butir
nilai dan sikap yang dapat dikembangkan dari materi IPS di kelas 3 dan 4 banyak
sekali, dan hal itu sesungguhnya merupakan tanggung jawab guru IPS sebagai
pengembang kurikulum di kelas.
3.
Fakta
Fakta merupakan dasar untuk pengajaran kognitif dalam IPS. Ada dua hal yang
mempunyai hubungan erat dan harus dikembangkan dari fakta dasar IPS yakni
konsep dan generalisasi. Konsep dikembangkan dari fakta yang dipelajari,
sedangkan generalisasi dikembangkan dari hubungan antar konsep dalam suatu pola
yang mempunyai arti.
Struktur ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan, dari yang paling sempit
ke yang paling luas, yaitu : 1) fakta, 2) konsep, dan 3) generalisasi. Ketiga
hal itu yang membangun materi ilmu-ilmu sosial. Fakta : adalah kenyataan yang
ada disekitar kita yang tidak terbatas jumlahnya. Fakta : adalah ramuan dari
pemikiran atau bahan dasar pembentuk konsep. Fakta : pesan indrawi Contoh
kategori dari fakta : obyek , peristiwa, proses, dan sebagainya. Ciri khas
fakta adalah “buntu” tidak lebih dari pada apa yang tampak.
Cara terbaik memotivasi peserta didik untuk dapat membaca fakta dan
menemukan konsep serta menggeneralisasikan yang dibahas secara terpadu. Konsep
= suatu kesatuan atribut yang berkaitan dengan simbol tentang objek ,
peristiwa, dan proses. Konsep dapat dipahami bila dibahas tentang atribut,
kelas (golongan), dan simbol. Atribut : ciri yang membedakan peristiwa atau
proses dari obyek lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi
konkret yang dapat di buktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan
langsung. Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data, dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan atribut. Kelas : pengelompokan kategori dari
benda, kejadian atau pikiran.
Setiap kelas memasukkan atribut yang sama dan memgeluarkan atribut yang
berbeda atau tidak berhubungan . kelas didasarkan pada atribut yang telah
ditentukan. Contoh : semua orang dapat kita masukkan ke kelas tertentu:
pria.... wanita, guru....murid, kaya....miskin, dan lain lain. Simbol. Setiap
kelas dapat dinyatakan dengan simbol. Simbol dapat dinyatakan dengan kata,
tanda, gerakan badan, angka sebagai alat untuk mengkomunikasikan dengan kelas
lain. Konsep juga dapat dilihat dari pengertian connotative dan dennotative.
4. Generalisasi
Generalisasi
adalah hubungan beberapa konsep atau rangkaian hubungan antar konsep konsep.
Karena itu generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferen,
kesimpulan, dan pemahaman.
a. Ciri ciri
generalisasi:
1. Menunjukan
hubungan dua konsep atau lebih.
2. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukan bagian keseluruhan
kelas.
3. Tingkat abstraksi yang lebih tinggi
dari sekedar konsep.
4. Berdasarkan pada konsep dan
dikembangkan atas dasr penalaran dan bukan hanyaberdasrkan pengamatan semata.
5. Berisi pernyatan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan
validasi, artinya diuji berdasarkan bukti bukti yang pasti dengan menggunakan
sistem penalaran.
6. Bukan sekedar pernyatan yang ditegaskan akan tetapi satu kesatuan
pengertian
b. Fungsi generalisasi:
1. Sebagai tujuan umum study sosial.
2. Membantu dalam pemilihan bahan pengajaran
3. Mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar
4.Membantu dalam membangun bahan bahan pengajaran dalam kurikulum study
c. Perbedaan
konsep dan generalisasi:
1.
Generalisasi
adalah dasar yang dituangkan dalam kalimat yang komplek. Konsep adalah suatu
kesatuan atribut.
2.
Generalisasi
memiliki tesis yang menunjukan sesuatu tentang subjek kalimat. Konsep tidak
memiliki tesis.
3.
Generalisasi
bersifat obyektif, sedangkan konsep bersifat subyektif.
4.
Generalisasi
mempunyai aplikasi yang universal, konsep hanya terbatas pada orang orang
tertentu.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
artikel di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah salah satu ilmu
yang penting dalam menjalani kehidupan, karena di dalamnya terdapat
disiplin-disiplin ilmu social yang bermanfaat bagi kehidupan. Seperti yang
telah di paparka di atas mengenai Hakikat dan Konten IPS, di dalamnya terdapat
materi-materi dan sejarah serta nilai dan sikap dalam ilmu social yang berguna
dalam aktivitas bersosialisasi dengan lingkungan.
B.
SARAN
Materi yang telah di paparkan di
atas menurut kami cukup penting dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca, oleh karena itu para pembaca agar dapat mempraktekan atau
mengaplikasikannya dalam kehidupan bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Dan
jangan berhenti disini dalam mempelajari ilmu-ilmu social, karena masih banyak
lagi materi-materi yang dapat pembaca pelajari dari makalah-makalah maupun
buku-buku yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
supriatna, nana. (2001). “Bahan Belajar Mandiri
Pendidikan IPS di SD”.
http://phierda.wordpress.com/2012/10/30/nilai-sikap-dan-keterampilan-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar