Sabtu, 29 Maret 2014

pandangan teoritis bahasa indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pemerolehan bahasa anak sangat mendasari pada kemampuan mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah dasar kepada para siswa, terutamanya di kelas rendah, karena karakter setiap anak akan berbeda sehingga dengan mempelajari pemerolehan bahasa dan landasan berbahasa Indonesia seorang guru dapat menatasinya.
Pemerolehan bahasa adalah preses yang beralngsung di dalam otak anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya dari ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan mempelajari bahasa. Pemebelajaran bahas berkaitan dengan proses yang terjadi pada anak setelah mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca yang sekarang masih menjadi mahasiswa dapat mengetahui perkambangan bahasa yang dilalui oleh anak-anak mengenai landasan dan prinsip-prinsipnya serta implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah .





BAB II
PEMBAHASAN

A.    LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

1.    Landasan Pembelajaran Bahasa Indosensia
a.        Landasan formal
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD secara umum mengacu pada kemampuan memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan secara lisan ataupun tertulis (Resmini, 1998).

b.         Landasan teoritik-konseptual
Landasan teoritik dan konseptual merupakan sejumlah pendekatan yang melandasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Prndekatan yang dimaksud adalah pendekatan komunikatif yang dijiwai teori fungsionalisme, pendekatan tematis-integratif, dan pendekatan proses.

c.         Landasan operasional
Dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia peranan buku teks sebagai salah satu sumber pembelajaran sangat penting. Buku teks harus diseleksi, dianalisis, dan dibandingkan dengan butir-butir pembelajaran yang ada di kurikulum sehingga ada keterkaitan dengan proses hasil belajar.


2.    Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sasaran dari tujuan pembelajaran meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Secara khirarkis tujuan dapat di urutkan dari mulai yang bersifat umum atau jangka panjang sampai pada tingkat tujuan jangka panjang sampai dengan yang spesifik.
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur dan tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan. Pembelajaran bahasa Indonesia yang di tata dan di atur sedemikian rupa dengan di dasarkan pada berbagai aspek yang menyangkut aspek konsep pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan pembelajaran yang dilandasi prinsip-prinsip berikut :

a. humanisme.
b. progresivisme.
c. rekonstruksionisme.

1)           Prinsip humanisme berisi wawasan sebagai berikut:
a)  Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya  memahami sesuatu
b)    Prilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu
c)   Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan



2)           Prinsip progresivisme beranggapan bahwa:
a)    Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak  bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreativitas
b)    Dalam proses belajarnya siswa seringkali dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemecahan secara baru.

3)           Sedangkan prinsip rekonstruksi mengangap bahwa proses belajar disikapi sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan penganalaman dan pengetahuan hingga memebentuk suatu keutuhan.

KBM juga dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip belajar mengajar dan prinsip motivasi belajar. Adapun prinsip-prinsip kegiatan mengajar tersebut antara lain sebagai berikut:

1.       Pembelajaran berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan
KBM perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan juga mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal dan seimbang.

2.       Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika
Pelaksanaan proses pembelajaran harus menyeimbangkan komponen etika, logika, estetika, dan kinestika siswa. Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka dalam rangka penanaman nilai-nilai sosial dan moral termasuk menghargai dan mengangkat nilai-nilai pluralitas dan nilai-nilai universal. Pengembangan estetika menempatkan pengalaman belajar dalam konteks holistik dan total untuk memberikan ruang bagi pengalaman estetik dengan melalui berbagai kegiatan yang dapat mengekspresikan gagasan, rasa, dan karsa. Logika yang dikembangkan termasuk berpikir kreatif dan inovatif dengan keseimbangan yang nyata antara kognisi  dan emosi dapat memberikan keterampilan kognitif sekalipun keterampilan interpersonal.

3.       Melakukan sesuatu yang nyata unntuk pengembangan keterampilan hidup
Pembejaran harus menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan keterampilan hidup untuk menghadapi tantangan hidup yang terjadi di masyarakat. Beberapa aspek utama keterampilan hidup antara lain kerumah tanggaan, pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif, komunikasi, kesadaran diri, menghindari stress, membuat keputusan, hubungan interpersonal, dan pemahaman berbagai bentuk pekerjaan serta kemampuan vokasional disertai sikap positif terhadap kerja.

4.       Mengembangkan kemampuan sosial dan emosional siswa
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok.

5.       Menegembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif serta untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu memperhatikan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan agar bermakna bagi siswa.

6.       Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
KBM hendaknya dipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif dan metakognitif. Selain itu, KBM hendaknya merangsang siswa untuk secara aktif mencari jawaban atas permasalahannya dengan menggunakan prosedur ilmiah.

7.       Mengembangkan kreativitas siswa
KBM harus memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk mengembnagkan dan mengoptimalkan kreativitas siswa.

8.       Mengembangkan kemampuan mengguanakan ilmu, teknologi informasi dan  
 komunikasi
KBM perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dan multimedia setidaknya dalam penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran.

9.       Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
KBM perlu memberikan wawasan nilai-nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan warga Negara yang bertanggung jawab.

10.   Belajar sepanjang hayat
KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan oleh Tuhan YME.

11.   Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas
KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetensi secara sehat untuk memperoleh insentif, bekerja sama dan solidaritas.

Sehubungan dengan hal-hal yang berkaiatan dengan bahasa KBM Indonesia, maka guru dituntut agar memiliki sedikitnya tiga kompetensi berikut:

1.      Kompetensi kognitif
Yakni kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan umum lainnya.

2.      Kompetensi sikap
Yakni kesiapan dan kesediaan  guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.

3.      Kompetensi performansi
Yakni kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/ berprilaku.


B.     IMPLIKASI  LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia harus mengacu pada prinsip-prinsip praktik pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan tuntutan kehidupan di masa depan. Dengan demikian, guru mampu mengembangkan gagasan tentang strategi mengajar yang sesuai dengan standar yang diharapkan dengan materi ajar yang aktual.



a.       Strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara bagaimana melaksanakan kurikulum sebagai program belajar sehingga program tersebut dapat mengarahkan peserta didik pada pencapaian tujuandan kompetensi yang telah ditetapkan.
Untuk dapat melaksanakan kurikulum, guru harus memahami tujuan dan isi program kurikulum suatu bidang studi yang disusun dalam bentuk rancangan Garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Kurikulum bila diterjemahkan dan ditransformasikan kepada siswa akan memiliki potensi dalam mempengaruhi pribadi pesrta didik.

b.  Pandangan teoritis yang melandasi pembelajaran bahasa Indonesia
1)         Pandangan whole language
Pembelajaran bahasa mengacu padapendekatan whole language, sehingga dalam implementasinya digunakan penekatan integratif. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan konsep integratif mengacu pada pengembangan dan penyajian materi pelajaran bahasa secara  terpadu.
Didasarkan pada pendekatan pengajaran bahasa yang berwawasan whole language, maka pembelajaran bahsa Indonesia harus memilki keterpaduan antara (1) pembelajaran komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan, (2) isi pembelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman siswa, (3) perolehan pengalaman belajar siswa dengan kenyataan penggunaan bahasa sesuai dengan aktivitas penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupannya.


2)         Pandangan konsruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. (Von glasersfeld, 1989, Matthews, 1994, dalam Suparno, 1997).
Ada beberapa kondisi belajar yang bahsa Indonesia yang sesuai dengan pandangan konstruksivisme antara lain sebagai berikut:
1.      Diskusi atau curah pendapat yang menyediakan kesempatan agar semua siswa      mengemukakan pendapat dan gagasannya.
2.      Demonstrasi dan peragaan praktik keterampilan berbahasa
3.      Kegiatan praktis lain yang member peluang kepada siswa untuk mempertanyakan, memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.

3)         Pandangan komunikatif
Pendekatan komunikatif dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi (yang selanjutnya disebut kompetensi komunikasi), yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Pendekatan komunikatif yang digunakan dalam KBM mengikuti pandangan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Dalam rambu-rambu pembelajaran, antara lain dikemukakan:
a.       Belajar bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis
b.      Pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengguanaan bahasa Indonesia
c.       Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin dikomunikasikan oleh penutur.
4)       Pandangan tematis-integratif
Pendekatan tematis-integratif pembelajaran bahasa harus dilaksanakan dalam situasi dan konndisi yang sewajarnya.
5)      Keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggidalam individu siswa.Tujuan pokok dari pemakaian keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat secara aktif mengolah dan mengembangkan hasil perolehan/ belajarnya. (Dikbud, 1985)








BAB III
PENUTUPAN

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan materi-materi yang telah di paparkan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pengajaran secara umum yang mengacu pada kemampuan memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan secara lisan ataupun tertulis. Dan bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang penting agar siswa maupun para pembaca bisa berbahasa dan memahami pembelajaran bahasa Indonesia lebih baik lagi.


B.     SARAN
Bagi para pembaca jangan hanya berhenti sampai disini saja mempelajari ilmu-ilmu tentang bahasa Indonesia, karena masih banyak referensi-referensi lain yang pembahasan bahasa indonesianya lebih bagus dari makalah ini. Dan juga jangan hanya mempelajari saja, tapi juga harus bisa menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama pembaca belajar.  





DAFTAR PUSTAKA


Nursalim AR, Kemampuan Berbahasa Indonesia.Pekanbaru:Intinite. 2007.
Santoso, Kusno Budi. Problematik Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.1990.



Tidak ada komentar: